Apa itu Linux?
Tahu tidak, persepsi pertama kali yang saya buat saat pertama kali mendengar kata Linux?
Hehehe, bahasa pemrograman.....
Sebenarnya itu jawaban guru SMA saya, jadi jangan salahkan saya yang pada waktu itu tidak mengetahui apa-apa tentang komputer (kecuali bentuknya yang kotak dan dialiri listrik ^_^). Bahkan saya tidak bisa membedakan antara C: dan D: di Windows (kalau sekarang saya sudah tahu). Hehehehehe...Jangan tertawa ya... Biar saya saja yang tertawa.
Ok, kembali ke topik. Kita memang tidak bisa menyalahkan siapa-siapa jika Linux kurang populer di kalangan awam. Karena sejak kecil kita sudah terbiasa menggunakan Windows sebagai sistem operasi populer. Sistem operasi? Ya, Linux ternyata adalah sistem operasi. (Hal ini saya ketahui satu bulan kemudian setelah bertanya-tanya, saya mengenalnya dari majalah Komputer Aktif. Terima kasih Komputer Aktif)
Kenapa pakai Linux? Bagi orang-orang kaya yang tidak tertarik lebih dalam pada komputer mungkin tidak akan tertarik pada Linux. Namun bagi orang-orang seperti saya mencari sesuatu yang murah (dan tentu saja, gratis) adalah hal yang menyenangkan. Sungguh, pada saat saya bosan dengan sistem operasi yang ada, saya disuguhi artikel menarik dari Komputer Aktif (edisi 27, 28, 29, dan 30) yang menawarkan Linux sebagai sistem operasi alternatif. Murah, legal, tapi berkualitas! Linux bikin kita tidak pegel linu karena gerahnya pembajakan yang marak di negeri kita tercinta ini. Itulah konsep yang ditawarkan oleh Komputer Aktif.
Kedua, filosofinya. Jika Anda yang sering membaca berbagai lisensi dari software-software pada umumnya, mungkin akan terkaget-kaget membaca GPL (GNU General Public License). Free to use, free to modify, free to distribute. Konsep tersebut disebut Free and Open Source memang difokuskan pada kesempurnaan software, dan bukan untuk kepentingan komersial belaka. Perlu diingat, Free yang dimaksudkan disini adalah Freedom, bukan free of charge.
Ketiga, pilihan. Karena lisensi GPL, Linux tidak dikuasai oleh satu pihak saja. Banyak komunitas dan perusahaan yang turut bekerja sama membangun Linux. Pada awalnya Linux hanyalah terdiri dari kernel (inti dari sistem operasi yang mengatur komunikasi antara user dan kinerja hardware) saja. Namun, karena didukung oleh GNU (GNU is Not Unix, sebuah lembaga yang menaungi free software, didirikan oleh Richard M Stallman dibawah bendera FSF atau Free Software Foundation), Linux dapat berkembang pesat dari kombinasi kernel dan free software menjadi sistem operasi yang utuh. Pihak-pihak yang menggabungkan kernel Linux dan software-software free tersebut disebut dengan distribusi atau distro. Contoh distro yang terkenal saat ini adalah Debian (Global), Ubuntu (Isle of Man), Fedora (USA), Opensuse (Jerman), Mandriva (Prancis), dan BlankOn (Indonesia). Saat ini kurang lebih terdapat 600 distro resmi dan tidak resmi di seluruh dunia (dapat dilihat di distrowatch).
Jika distro Linux sangat murah bahkan gratis, bagaimana perusahaan tersebut mendapatkan laba? Mereka mendapatkan laba dari hasil penjualan CD dan DVD repository bagi mereka yang malas mendownload atau tidak memiliki akses internet (secara bebas). Bahkan khusus untuk distro Ubuntu, pihak Canonical Ltd. (pengembang Ubuntu) menawarkan program yang memberikan CD Ubuntu secara cuma-cuma (gratis) dan akan dikirim ke rumah pemohon (Ship It)
Namun sangat disayangkan sekali hingga saat ini, banyak orang yang menganggap Linux itu susah sehingga tidak mau mencobanya (bukan susah, namun belum familiar).
(Sejarah Linux akan dibicarakan pada chapter berikutnya.)
Sekian dari saya....
Terima Kasih ^^
Tahu tidak, persepsi pertama kali yang saya buat saat pertama kali mendengar kata Linux?
Hehehe, bahasa pemrograman.....
Sebenarnya itu jawaban guru SMA saya, jadi jangan salahkan saya yang pada waktu itu tidak mengetahui apa-apa tentang komputer (kecuali bentuknya yang kotak dan dialiri listrik ^_^). Bahkan saya tidak bisa membedakan antara C: dan D: di Windows (kalau sekarang saya sudah tahu). Hehehehehe...Jangan tertawa ya... Biar saya saja yang tertawa.
Ok, kembali ke topik. Kita memang tidak bisa menyalahkan siapa-siapa jika Linux kurang populer di kalangan awam. Karena sejak kecil kita sudah terbiasa menggunakan Windows sebagai sistem operasi populer. Sistem operasi? Ya, Linux ternyata adalah sistem operasi. (Hal ini saya ketahui satu bulan kemudian setelah bertanya-tanya, saya mengenalnya dari majalah Komputer Aktif. Terima kasih Komputer Aktif)
Kenapa pakai Linux? Bagi orang-orang kaya yang tidak tertarik lebih dalam pada komputer mungkin tidak akan tertarik pada Linux. Namun bagi orang-orang seperti saya mencari sesuatu yang murah (dan tentu saja, gratis) adalah hal yang menyenangkan. Sungguh, pada saat saya bosan dengan sistem operasi yang ada, saya disuguhi artikel menarik dari Komputer Aktif (edisi 27, 28, 29, dan 30) yang menawarkan Linux sebagai sistem operasi alternatif. Murah, legal, tapi berkualitas! Linux bikin kita tidak pegel linu karena gerahnya pembajakan yang marak di negeri kita tercinta ini. Itulah konsep yang ditawarkan oleh Komputer Aktif.
Kedua, filosofinya. Jika Anda yang sering membaca berbagai lisensi dari software-software pada umumnya, mungkin akan terkaget-kaget membaca GPL (GNU General Public License). Free to use, free to modify, free to distribute. Konsep tersebut disebut Free and Open Source memang difokuskan pada kesempurnaan software, dan bukan untuk kepentingan komersial belaka. Perlu diingat, Free yang dimaksudkan disini adalah Freedom, bukan free of charge.
Ketiga, pilihan. Karena lisensi GPL, Linux tidak dikuasai oleh satu pihak saja. Banyak komunitas dan perusahaan yang turut bekerja sama membangun Linux. Pada awalnya Linux hanyalah terdiri dari kernel (inti dari sistem operasi yang mengatur komunikasi antara user dan kinerja hardware) saja. Namun, karena didukung oleh GNU (GNU is Not Unix, sebuah lembaga yang menaungi free software, didirikan oleh Richard M Stallman dibawah bendera FSF atau Free Software Foundation), Linux dapat berkembang pesat dari kombinasi kernel dan free software menjadi sistem operasi yang utuh. Pihak-pihak yang menggabungkan kernel Linux dan software-software free tersebut disebut dengan distribusi atau distro. Contoh distro yang terkenal saat ini adalah Debian (Global), Ubuntu (Isle of Man), Fedora (USA), Opensuse (Jerman), Mandriva (Prancis), dan BlankOn (Indonesia). Saat ini kurang lebih terdapat 600 distro resmi dan tidak resmi di seluruh dunia (dapat dilihat di distrowatch).
Jika distro Linux sangat murah bahkan gratis, bagaimana perusahaan tersebut mendapatkan laba? Mereka mendapatkan laba dari hasil penjualan CD dan DVD repository bagi mereka yang malas mendownload atau tidak memiliki akses internet (secara bebas). Bahkan khusus untuk distro Ubuntu, pihak Canonical Ltd. (pengembang Ubuntu) menawarkan program yang memberikan CD Ubuntu secara cuma-cuma (gratis) dan akan dikirim ke rumah pemohon (Ship It)
Namun sangat disayangkan sekali hingga saat ini, banyak orang yang menganggap Linux itu susah sehingga tidak mau mencobanya (bukan susah, namun belum familiar).
(Sejarah Linux akan dibicarakan pada chapter berikutnya.)
Sekian dari saya....
Terima Kasih ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar